Pemilu atua pemilihan umum,
tepatnya dalam waktu dekat warga negara Indonesia akan melakukan pesta Demokrasinya
mereka yaitu pemilihan calon Presiden dan wakil Presiden. Meskipun pesta
demokrasi itu belum di mulai namun calon pilihan untuk warga sudah ditetapkan
kemarin 10 Agustus 2018.
Daftarnya dua pasangan
Capres (Calon Presiden) dan Cawapres (Calon Wakil Presiden) yakni Prabowo
Subianto (Calon Presiden) berpasangan dengan Sandiaga Uno (Calon Wakil Presiden)
sedangkan lawannya Joko Widodo (Calon Presiden ) dan Ma’ruf Amin (calon Wakil
Presiden).
Masing pendukungnya
sudah mulai bermunculan dan membuat dunia maya Indonesia semakin ramai dengan
pendapat keunggulannya masing-masing calon yang mereka dukung, yakni dengan
munculnya trending hastag (#) di sumua chanal social media atau kita sering
kenal dengan sosmed.
Trending # tersebut
yaitu #2019GantiPresiden dan #2019TetapJokowi atau #2019Jokowi2Preode dimana
#2019GantiPresiden memnginginkan pak Prabowo menang mendadi Presiden untuk
menggantikan pak Jokowi dari kubu lawannya #2019Jokowi2Preode memginginkan pak
Jokowi menang kembali menjadi seorang Presiden yang melanjutkannya preode kedua
pemerintahannya.
Namun kegaduhan
tersebut bukan lagi kegaduhan namun gaduh sekali di dunia maya Indonesia
tentang kedua belah pihak tersebut yang membicarakan tentang keunggulan dan
kelebihan dukungannya, tapi bukan itu saja saling menjatuhkan dan saling
memojokan satu sama lainnya yang terkesan saling bully satu sama lain.
Mereka saling serang
dan saling mempertahankan pendapat yang mereka lontarkan dengan berdalih
menggunakan data yang ter- valid yang mereka dapatkan. Namun di sisi lain data
yang mereka gunakan dan ributkan kebanyakan di dapatkan atau akar
permasalahannya dari berita HOAX.
Menurut Ismail Fahmadi
pendiri Drone Emprite di acara ILC ( Indonesia Lawyers Club) yang disiarkan di
stasion televisi nasional TVOne pada hari selasa, 21 Agustus 2018. Menurut pengamatannya
dari data yang di dapatkan oleh Drone Emprit kedua kubu saling mempunya 2
corong atau terminal bias kita umpamakan sebagai pengatur serangan dalam sepakbola.
Dimana pengatur serangan tersebut mengarahkan teman-temannya atau pendukungnya
harus menyerang dengan cara apa dan arahnya keman.
Si pengatur serangan
disana berperan mengangkat suatu permasalahan untuk menyerang sang lawan,
kemudain permasalalan itu (belum dipastikan kebenarannya) di dukung dengan cara
di like, komen, dan di share oleh akun boot ( akun robot) sehingga permasalahan
tersebut menjadi viral karena banyaknya like, komen, dan share dari akun boot
yang selanjutnya dianggap asli oleh akun asli (akun masyarakat) dari situlah
mulai kegaduhan akun-akun asli yang ikut-ikutan membenarkan maupun menampik
masalah tersebut.
Drone Emprit adalah
sebuah system untuk memonitoring dan menganilisa media online dan social berbasis
teknologi Big data. Drone Emprite dikembang pada tahun 2009 di Amsterdam,
Belanda, oleh anak bangsa yaitu Ismail Fahmi melalui media Kernels Netherlands
B.V mulai digunakan di Indonesia pada tahun 2012.
Drone Emprite
berfungsi sebagai media analisis tentang bagaimana sebuah HOAX berasal,
menyebar, siapa influencers utama, dan siapa groupnya.
Cara Kerja dari Drone
Emprite pak Ismail mengatakan dengan cara mengambil seluruh data dari semua social
media yang akan di analisis sumber Hoaxnya, kemudian memasukan kata yang akan
di analisis. Kata tersebut diampil tentang apa yang jadi masalah, maka akan
terlihat peta sebuah hoax itu menyebar.
Dari peta itulah bisa
di analisis siapa yang menjadi dapur atau sang pembuat, penyebar dan yang
terinfeksi hoax tersebut. Dalam kasus #2019GantiPresiden VS #2019TetapJokowi
terlihat bahwa viralnya tag tersebut terbagi menjadi 3 kubu, kubu pertama yakni
#2019GantiPresiden dan pendukungnya saling serang dan bertahan dengan kubu
kedua #2019TetapJokowi juga dengan pendukungnya, Kubu ketiga yakni media-media
yang mengambil berita dari kedua kubu yang berseturu untuk di kabarkan ke kedua
kubu tersebut.
Map Drone Emprit pada saat pemilu DKI jakarta
0 comments
Post a Comment