Saturday, August 18, 2018

Tim Angklung Indonesia Habis Duit, Ngamen Kemudian JUARA DUNIA

Perjuangan Tim Muhibah Angklung Paguyuban Pasundan mengamen di Bulgaria untuk biaya hidup karena kehabisan duit berubah menjadi juara Dunia di Bulgari. Moment yang terjadi dipertengahan juli 2018 ini takan pernah terlupakan untuk semua anggota Tim Muhibah Angklung Paguyuban Pasundan.

Tim ini terdiri dari 36 orang itu pemain angklung yang masih duduk di bangku SMA dan perguruan tinggi. mereka mulai terbang pada tanggal 28 juni 2018 terbang ke lauar negeri untuk mengikuti sejumlah perlombaan dengan modal nekad.

Sunber : https://news.detik.com

Dengan bermodalkan uang 500 juta untuk hidup selama satu bulan di luar negeri, mereka terbialang sangat nekad. Sebenarnya jika mereka ingin hidup berkecukupan disana mereka bisa saja bisa. namun sponsor utama tiba-tiba menarik diri sebelum keberangkatan tanpa ada alasan yang jelas.

"Kita hanya ada biaya dari CSR BJB 350 Juta rupiah sama swadaya dan dari orang tua, total sekitar 500 juta rupiah. Sementara selama disana mulai 28 juni hingga 31 juli habisnya kisaran lebih 1 miliar rupiah, " ucap ketua Muhibah Angklung Paguyuban Pasundan Maulana Muhammad Syuhada di Gedung Paguyuban Pasundan Maulana Muhamad Syuhada di gedung Paguyuban pasundan, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu 18 Agustus 2018.

Semangat untuk mengenalkan angklung di luar negeri, tepatnya di tujuh negara Asia dan Eropa. Oleh Alasan itulah tim memiliki tekad yang kuat dan berani mengambil keputusan untuk nekad berangkat terbang ke luar negri. 

Pertamanya Tim Angklung ini tiba di Belanda untuk tampil di Amsterdam. Kemudian perjalanan berlanjut ke Jerman untuk tampil di Berlin dan Postdam.

"Lanjut ke Budapest. Di tempat ini kita dapat bantuan dari KBRI membuat Flashmob angklung tepatnya di monumen Basilica," ucap Maulana

Istanbul perjalanan selanjutnya, sebelumnya dari budpest. Perjalanan menuju Istanbul Turki, menggunakan Bus dengan waktu tempuh selama 26 jam. Perjalanan yang panjang membuat Tim Kesulitan untuk Istirahat dan mencari makan. "Karena susah istirahat dan makan makannya anak-anak terkena diare berjamaah, yang enggak hanya dua orang," tuturnya.
Tim sudah di jadwalkan sampai di Istanbul Turki pada jam empat Sore, tetapi tiba keesokan harinya atau sekitar pukul 3 subuh. Mereka tak mengenal lelah, mereka melanjutkan dengan membuat pertunjukan di Monumen New Turki. Lelah mereka sirna setelah mendapat sambutan luar biasa.

Berlanjut Tim mengarah ke arah utara, tepatnya ke arah Bulgaria. Di tempat inilah pergelaran International Youth Festival Of Art di Sozopol selama lima hari. Secara Khusus tim mengikuti lomba kategori Folklore/.

"Saat kompetisi, kita bawakan tarian dan lagu lalayaran, Jali-jali, Yamko Rambe Yamko dan tari Indang. Di sini kita berhasil menang kategori folklore juara umum dari semua kategori, " Ujar Maulana.

Sunber : https://news.detik.com

Selama lima hari disana Tim mulai kehabisan uang, pada akhirnya pihak KBRI menampung mereka di Sofia. Bahkan Tim sempat di wawancarai oleh dua televisi yang terkemuka di Bulgaria karena berhasil menjadi juara.

Setelah lima hari berada disana, Tim melanjutkan perjalanan menuju ke Bosnia. Lagi dan lagi di tempat ini mereka mendapat sambutan yang sangat meriah dari Warga, bahkan secara khusus pihak KBRI di sarejevo mengundang duta besar negara sahabat untuk turut menyaksikan penampilannya mereka.

Swiss menjadi tujuan selanjutnya,. Tim sudah kehabisan uang, tapi mereka beruntuk dapat bantuan dari warga untuk menginap dan makan selama beberapa hari.

Petualangan mereka akhirnya harus menuju ke Belanda yang selanjutnya untuk pulang kembali ke tanah Air. Di tengah kebanggan telah menjadi juara internsional, ternyata Tim tidak samasekali tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Berbekal uang 500 juta rupiah, Tim malah harus mengeluarkan biayaya sebesar 1 miliar. Digunakan untuk hidup selama sebulan di tujuh negara tersebut.

Dengan keadaan yang mepet mereka dapat menyiasatinya kekurang biaya itu dengan mengamen. kata Maulana " Hampir di setiap Negara kita ngamen seperti di Berlin, Budapest, Bulgaria dan Swiss. Tapi kita ngamen dengan cara terhormat sudah seperti tampil festival. Sekali ngamen kita minimal bisa dapat sekitar tiga hingga enam juta (kalau durupiahkan)

Meski banyak makan asam garam selama perjalanan, Maulana dan tim tetap terus berjuang mempromosikan kebudayaan Indonesia terutama angklung yang merupakan khas Jawa Barat.

0 comments

Post a Comment